Berita TerbaruNasionalPeristiwaPolitikRedaksi

Bupati Tolitoli Berharap FKUB Dapat Menjadi Tenda Bangsa

Tolitoli- Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Sulawesi Tengah bekerjasama dengan FKUB Kabupaten Tolitoli Senin Pagi (4/10) menyelenggarakan kegiatan Muhibbah Kerukunan sebagai upaya memperkuat Triologi Kerukunan yakni kerukunan interen umat beragama, kerukunan antar umat beragama dan kerukunan antar umat beragama dengan Pemerintah.

Kegiatan yang digelar di Aula Wisma Daerah Balre Tau Dako Lipu Tolitoli itu turut dihadiri oleh Bupati Tolitoli diwakili Asisten Sekretaris Daerah bidang Pemerintah dan Kesra Anhar Dg. Mallawa, SE, Ketua FKUB Provinsi Sulawesi Tengah Prof. DR. Hi. Zainal Abidin, M.Ag, Anggota Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Kabupaten Tolitoli, Ketua FKUB Kabupaten Tolitoli Hi. M. Wakif Haq, S.Hi, Kepala Kantor Kementrian Agama Kabupaten Tolitoli, Ketua Majelis Ulama Kabupaten Tolitoli serta Pejabat Pemerintah Daerah lainnya.
Bupati Tolitoli Amran Hi Yahya dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Anhar Dg. Mallawa, SE mengatakan apa yang telah dilakukan oleh seluruh pemuka agama di daerah ini merupakan kontribusi yang besar dalam pelaksanaan pembangunan yang tengah digalakkan oleh Pemerintah Daerah.

Kontribusi besar yang di maksud kata Bupati adalah kondusifitas daerah kita dari segala macam ancaman dari dalam daerah kita sendiri.

Bupati juga mengingatkan, harus dipahami dengan baik, benar dan utuh tentang agama kita, jika di pahami dengan baik maka kerukunan antar agama akan terjalin dengan baik, selalu mengedepankan persamaan pandangan, saling percaya dan saling memahami.

Apabila kita selalu mengedepankan perbedaan maka akan terjadi kericuhan dan kekacauan, apalagi seperti di Kabupaten Tolitoli yang terkenal dengan beraneka ragam suku dan Agamanya.

Bagaimana cara memahami moderasi beragama? bahwa bukan agamanya yang di moderasi akan tetapi perilaku umat beragamalah yang di moderasi, jelas Bupati.

Dikatakan pula ada tiga hal penting dalam bermoderasi beragama yaitu pertama menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan karena kita semua sama-sama ciptaan tuhan. Kedua realistis akan perbedaan suku yang bukan kehendak kita. Ketiga menerima sudut pandang yang berbeda.

Untuk itu diakhir sambutannya, Bupati mengharapkan kepada tokoh agama maupun masyarakat untuk tetap menjaga kerukunan ummat beragama di Kabupaten Tolitoli dan tidak terpancing akan hal-hal negatif yang ada dan mengapresiasi kegiatan ini sebagai salah satu upaya menjalin silaturrahmi dengan tokoh-tokoh agama di daerah ini.

Muhibbah Kerukunan yang digagas FKUB ini merupakan miniatur kebinekaan Indonesia, tidak ada satupun yang ditinggalkan ataupun dipinggirkan. Bupati juga berharap agar FKUB hendaknya menjadi tenda bangsa yang mengayomi semua umat beragama dari beragam kelompok. Komitmen ini harus tertanam kuat dalam kesadaran para tokoh dan aktivis FKUB di Kabupaten Tolitoli karena tantangan kehidupan beragama kian hari kian berat.

Kehadiran media sosial dalam mewarnai kehidupan beragama dewasa ini tidak bisa diabaikan, tidak jarang media sosial terkadang membawa racun seperti hoaks dan ujaran-ujaran kebencian yang justru menimbulkan perpecahan.

Dibutuhkan figur dan tokoh-tokoh agama yang dapat mempersatukan merangkul serta piawai melunakkan perbedaan pilihan dan paham menjadi kekuatan kita bersama sehingga umat tidak terjebak pada pandangan-pandangan yang ekstrem dan melegalkan kekerasan.

Sementara itu, Ketua FKUB Provinsi Sulawesi Tengah Prof. DR. Hi. Zainal Abidin, M.Ag mengatakan, semua agama itu benar menurut pemeluknya masing-masing tetapi agama itu salah diluar penganutnya maka dibutuhkan toleransi di dalam perbedaan. Olehnya itu kita perlu dewasa di dalam bernegara, sehingga diharapkan agar saling menghormati menghargai orang yang berbeda.

Moderasi beragama mempunyai prinsip yang dilaksanakan oleh FKUB di dalam membangun kerukunan dan kedamaian beragama. Adapun strategis yaitu menghargai perbedaan dimana perbedaan itu adalah sunnatullah atau sudah menjadi ketetapan Tuhan dan Tuhan menurunkan banyak agama bukan untuk bertikai dan berkelahi tetapi untuk memilih salah satu agama yang telah ditetapkan Tuhan, mengedepankan kesamaan maka akan tercipta kerukunan toleransi umat beragama sehingga dapat membangun kerukunan antar umat beragama, saling percaya, memahami dan menghargai, jangan saling curiga mencurigai antar agama yang satu dengan yang lainnya. Moderasi beragama akan dikembangkan dalam perilaku beragama, prospek moderasi harus intrasitif bukan ekstratif dengan prinsip kita benar orang lain juga benar walaupun mempunyai perbedaan agama, di mana agama itu bersumber dari manusia karena memiliki prinsip modernisasi beragama, realistis beragama mengajarkan kita di dalam beragama boleh membangun dan bekerjasama dengan siapa saja selagi tidak mengganggu keyakinan masing-masing. (R.Badai)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *